Perlukah Memiliki Pendidikan Tinggi untuk Menjadi Seorang Ibu?

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Memang tidak cukup hanya sekedar niatan. Selama ini saya berniat untuk kembali menulis. Kembali menghidupkan blog yang sudah lama redup. Tapi selalu berhenti pada niatan. Dan itu tidak terjadi hanya satu atau dua kali saja. Setelah berniat tak ada kelanjutan, karena rasa malas yang begitu besar. Jangan ditiru ya…

Dan hari ini, alhamdulillah saya berhasil mengalahkan rasa malas itu. Dan… Happ!!! Inilah tulisan itu. Yang sedang teman-teman baca semua. Semoga ada kebaikan yang bisa diambil dari tulisan ini walaupun sedikit ya.

Nah, tulisan perdana saya setelah melalui tidur yang sangat panjang ini diawali dengan sebuah judul yang sangat panjang pula. “Perlukah memiliki pendidikan tinggi untuk menjadi seorang ibu?” Boleh loh, teman-teman jawab dulu pertanyaan tadi sebelum lanjut membaca. Hehehe… Kira-kira menurut teman-teman perlu gak ya?

“Aaahh.. Gak usah sekolah tinggi-tinggi, toh nanti akhirnya di rumah juga ngurus rumah dan anak.”

“Ngapain serius-serius belajar, toh nanti lulus ilmunya gak kepake` setelah nikah.”

“Mending belajar masak, jahit, beberes rumah, cuci-cuci.. Kan emang itu nanti yang kepake setelah nikah.”

Beberapa kalimat klise yang sering kita dengar itu memang tidak semuanya salah. Sebagai perempuan, kita memang dipaksa harus bisa memasak, beberes rumah, mencuci, dan melakukan urusan rumah lainnya. Walaupun di jaman sekarang ini banyak juga jasa yang menawarkan untuk melakukan tugas-tugas rumah tersebut. Nah, padahal aktivitas-aktivitas tersebut bukan sekedar aktivitas rutin biasa loh. Terutama untuk para istri dan ibu. Aktivitas tersebut adalah ladang pahala yang besar. Seperti yang pernah dikatakan oleh Rasulullah saw kepada putri tercintanya Fatimah Az Zahra dalam 10 nasihat atau wasiat untuk putrinya tersebut.

  1. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya kelak Allah tetapkan baginya kebaikan dari setiap biji gandum yang diadonnya dan juga Allah akan melebur kejelekan serta meningkatkan derajatnya.

  2. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah akan menjadikan antara neraka dan dirinya tujuh tabir pemisah.

  3. Wahai Fatimah! Sesungguhnya seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan kemudian mencuci pakaiannya maka Allah akan tetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

(Nasihat-nasihat yang lainnya bisa teman-teman cari sendiri ya.. Saya hanya mencantumkan yang berkaitan dengan pembahasan kali ini).

Ada begitu banyak kebaikan dan keberkahan yang didapat dari aktivitas rutin tersebut kan. Akan terasa berbeda apabila kita melakukan aktivitas tersebut dengan niat dan semangat untuk mendapatkan kebaikan dan keberkahan tersebut. Setuju kan ya?

Sebelum kita lanjut, ada sebuah kalimat yang cukup menarik bagi saya dan ingin saya tampilkan disini.

WhatsApp Image 2018-10-10 at 12.52.19

Kalau saya sih Yess ya dengan kalimat ini. Hehehe… Karena ada syair Arab yang artinya “Ibu adalah Madrasah Pertama dan Utama Bagi Anak”. Dan seorang anak akan melakukan apa yang sering dilihatnya (Children See, Children Do). Sehingga, apabila ibu memberikan contoh atau teladan yang baik kepada anaknya, maka anak pun akan menjadi seorang yang baik nantinya. Dan apabila ibu memberikan pembelajaran dan bimbingan yang baik kepada anaknya, maka anak pun akan menjadi generasi yang baik pula nantinya.

Oleh karena itu, untuk dapat memberikan yang terbaik kepada anak, seorang ibu pasti membutuhkan cara atau ilmu yang harus dikuasai. Disinilah letak pentingnya pendidikan seorang ibu. Makanya saya setuju sekali dengan kalimat yang diucapkan Mbak Dian Sastrowardoyo tersebut. Tapi kemudian, pasti ada beberapa teman-teman yang bertanya-tanya, “Bukankah ilmu yang didapat saat kuliah sangat berbeda dengan ilmu yang dibutuhkan untuk mendidik anak?” Secara teknis, YA! Terlebih mungkin untuk beberapa jurusan kuliah seperti Jurusan Teknik, Keilmuan, dan lain sebagainya. Tetapi, dengan kita terus belajar dan menambah ilmu serta wawasan, maka pola pikir kita pun akan ikut terbentuk. Nah inilah yang nantinya bermanfaat saat kita mendidik anak.

“Lalu, apakah pendidikan tinggi tersebut hanya bisa didapatkan dalam sebuah pendidikan formal?”

Untuk pertanyaan tersebut, jawaban saya pribadi, TIDAK. Karena berpendidikan tidak harus belajar di sebuah pendidikan formal. Tetapi kita hanya perlu belajar dimana saja dan kapan saja. Karena belum tentu juga seseorang yang berpendidikan tinggi dalam sebuah pendidikan formal, mampu mendidik anaknya dengan baik.

Karena setelah berkuliah tinggi kita pun tetap harus mencari ilmu seputar parenting (ilmu pengasuhan anak) agar kita bisa meningkatkan kualitas peran kita sebagai seorang ibu. Bisa dengan cara bergabung dengan komunitas-komunitas positif baik online maupun offline yang memberikan ilmu-ilmu seputar hal-hal tersebut yang sudah banyak bermunculan sekarang ini. Komunitas seperti apakah contohnya? Pertanyaan ini akan terjawab ditulisan saya selanjutnya ya! Atau teman-teman bisa cari sendiri, tinggal searching di internet pasti ketemu deh! Okee.. Selamat mencari-cari komunitas yang sesuai dengan kebutuhan teman-teman ya… dan selamat belajar. Happy Reading and Let`s Learn Together. 🙂

 

Ibu Profesional,

.

@qeenurulmakkiyah (instagram)

.

.

.

sumber bacaan :

http://www.isdaryanto.com/nasihat-rasulullah-kepada-fatimah-az-zahra

Tinggalkan komentar